Tuesday, May 7, 2013

Behaviour Therapy

Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan classical conditioning atau associative learning. Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck. Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku. Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku. Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku. Teori, Konsep Dasar dan Tujuan Terapi Perilaku Sebagai salah satu teknik psikoterapi, terapi perilaku realtif masih sangat muda,baru dipergunakan sejak 30 tahun yang lalu. Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku (behavior modification), terdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku. di dalamperkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilakuatau arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut corey (1991) terdiri dari tiga tahap : 1. Tahap pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang baru,dihasilkan dari individu secara pasif. Tokoh-tokoh pada kelompok ini ialah : Skinner (Science and Human Behavior); A. Lazarus (Behavior Therapy and Beyond) danEysenck (Behavior Therapy and The Neurosis). 2. Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif [operant], dimana perubahan-perubahandi lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan, sehinggakemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat.Tokoh utama pada tahap kedua ini adalah Skinner. 3. Tahap ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya terapiperilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan psikoanalisis,psikodinamik, mengesampingkan konsep berfikir, konsep sikap dan konsep nilai. Menurut Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku, yakni : a. Dihubungkan dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relative lebih memusatkanpada perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan factor penyebab yangmendasarinya. Khususnya psikoanalisi yang bertumpu pada keyakinan bahwa gejalayang muncul atau terlihat harus dihilangkan dengan menghilangkan sumberpenyebabnya, akarnya. b. Perilaku manusia dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama halnyadengan setiap perilaku lain. Pada terapi perilaku, memperhatikan secara khusus,bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku, antara lain dilihat dari sudut teori danproses belajar. c. Dasar-dasar psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat dipergunakansecara sangat efektif dalam mengubah perilaku malasuai. Namun tidak berarti bahwasemua perilaku malasuai bisa diubah dengan dasar pendekatan bhavioristik karenafactor biologic masih tetap dianggap. d. Terapi perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi. Meskipun tidak mengubah kepribadian secara keseluruhan, tetapi dengan menghilangkan respon-respon yang malasuai (sebagai sumberny)], diharapkan akan mempengaruhipeibadinya sebgai keseluruhan (sstotalitas). e. Terapi perilaku menolak teori klasik mengenai aspek dasar kepribadian (trait theory). Sebagaimana diketahui bahwa aspek dasar kepribadian adalah predisposisi untuk melakukan sesutau perilaku secara sama pada macam-macam situasi. Ada pengaruhdari situasi sebgai sumber perangsangan (stimulus) yang mempengaruhi jawabansecara berbeda pula. f. Terapis perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada padaklien.dalam terapi perilaku tidak lagi berlaku konsep metode tunggal dalammenghadapi persoalan yang dialami pasien.sebaliknya prosedur pelaksanaan terapiperlu disesuaikan dengan persoalan yang ada dan kondisi khusus pribadinya. g. Terapi perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.dari sudut pendekatanpsikodinamok yang menitik beratkan terjadinya pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat diyakininya akan mempunyai efek terapeutik. h. Terapis perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empirik,merupakandukungan yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.meskipun hasilobjektif melalui penelitian-penelitian,namun ada tingkatan-tingkatan misalnya:padakemantapan metodologi yang dipakai,sehingga kuantifikasi saja,tidak selalumenjamin akan adanya metodologi yang mantap yang menghasilkan sesuatu hasil penelitian. Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku manusia yang bisa diamati dan bisa diukur. Perubahan-perubahan itu dipilih oleh terapis bersama dengan kliennya. Karena pendekatan ini bertujuan melihat perubahan perilaku, beberapa problem lebih cocok dilakukan terapi perilaku daripada terapi lainnya. Terapis bersikap direktif, memberi petunjuk yang jelas tentang yang harus dilakukan agar bias menghasilkan perubahan. Langkah-langkah Terapi Perilaku 1. Asesmen Seseorang dengan problem tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai (lihat bagian Klien mana yang paling mendapatkan manfaat). Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan (Analisis Perilaku). Terapis menggunakan pendekatan direktif dan berorientasi masalah, mengajukan pertanyaan langsung kepada klien tentang masalahnya. Cara yang lebih ilmiah untuk mengkaji dan mengevaluasi lingkup problem adalah dengan menggunakan kuesioner. 2. Proses Terapi Begitu problem target telah dikaji penuh, terapeutik dimulai. Kemajuan dalam terapi dicapai dengan menjelaskan secara gamblang kepada klien tentang apa saja yang dilakukan dalam terapi, bagaimana prosesnya berjalan, apa yang diharapkan dari klien dan bagian yang diperankannya dalam kemajuannya sendiri. Kesulitan yang diantisipasinya akan dibahas secara terbuka dan dihasilkan solusinya. 3. Terapi Paparan Prinsip paparan selalu sama (seseorang yang takut anjing, justru akan dipapar anjing). Dengan paparan terus-menerus pada objek atau situasi yang ditakuti, awalnya kecemasan akan muncul, namun akhirnya memudar pada level yang bisa ditoleransi. Paparan dilakukan dengan cara yang terstruktur dan bisa dikelola, selalu dengan pemahaman dan persetujuan klien, namun juga dengan pemberian rasionalisasi yang jelas. a. Flooding, seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti untuk periode yang lama, tetap dalam situasi itu hingga ketakutannya mereda. b. Implosi (Implosion), seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti namun hanya dalam imajinasi 4. Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan dilakukan setahap demi setahap. Bidang-bidang umum yang ditangani terapis adalah pelatihan keterampilan asertif, pelatihan keterampilan social, dan pelatihan keterampilan seksual. Dalam pemodelan terapis mendemonstrasikan perilaku yang sesuai, komponen demi komponen, dan mendorong klien mengikuti contoh, memberi masukan dan pujian jika berkinerja bagus. 5. Pelatihan Pengendalian Diri Pelatihan pengendalian diri bertujuan membantu klien mengendalikan perilaku dan perasannya. Bentuk monitor diri (menyimpan catatan harian tentang perilaku bermasalah dan keadaan ketika itu terjadi) banyak digunakan dalam terapi perilaku, sehingga klien bisa mengidentifikasi petunjuk spesifik yang memicu perilaku bermasalahnya dan didorong untuk berlatih mengendalikan diri ketika perilaku itu muncul. Klien didorong untuk menghargai dirinya dengan berbagai cara jika ia bisa mengendalikan diri, maka disebut penguatan. 6. Format Sesi Khas Sesi asesmen utama berbeda dengan sesi yang sedang berjalan karena dirancang untuk menemukan banyak informasi tentang klien dan masalahnya. Sesi-sesi berikutnya pada tahap tertentu akan ditentukan oleh sifat dasar permasalahan tertentu klien, namun akan mengikuti rencana umum. Terapis menyambut klien dan menegosiasikan agenda untuk sesi-sesi terapi. SUMBER : Palmer, S. 2010. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

No comments:

Post a Comment