Thursday, November 7, 2013

Sistem Informasi Psikologi

A. Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala sesuatu yang berkenaan dengan Akuntansi. Akuntansi sendiri sebenarnya adalah sebuah sistem informasi. Fungsi penting yang dibentuk SIA pada sebuah organisasi antara lain : - Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi. - Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. - Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi. Subsistem SIA memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi pemrosesan transaksi keuangan. Ciri dalam transaksi SIA : - Menghasilkan jumlah data yg besar, yg tiap hari selalu diproses, disimpan dan membutuhkan kecepatan akses yg cepat serta keakuratan yg tinggi - Membutuhkan kemudahan dalam pengoperasian pengontrolan serta prosedur error-checking yg baik dalam menjaga sekuritas data keakuratan data - Dirancang khusus untuk kemudahan audit data, serta tracing (menelusuri) transaksi yg terjadi - Beberapa menggunakan aplikasi DDS dan MIS, misal digunakan dalam menentukan estimasi dan perencanaan anggaran. menghasilkan laporan keuangan, seperti laporan laba/rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak. SIA ini sangat diperlukan dalam menjalankan suatu usaha sebagai tolak ukur seberapa besar usaha kita sudah berkembang. B. Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen. Tujuan Umum - Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. - Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. - Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan). Proses Manajemen Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas: Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut. Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan. Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian. Bagian SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi: - Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi dan transaksi keuangan. - Sistem informasi pemasaran (marketing information systems), menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-- kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran. - Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems). - Sistem informasi personalia (personal information systems). - Sistem informasi distribusi (distribution information systems). - Sistem informasi pembelian (purchasing information systems). - Sistem informasi kekayaan (treasury information systems). - Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems). - Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems). - Sistem informasi analisis software - Sistem informasi teknik (engineering information systems). C. Sistem Pendukung Keputusan ARTI DSS Suatu sistem yang memberikan kontribusi terhadap para manajer untuk memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan. PERAN DSS DALAM PEMECAHAN MASALAH DSS dapat memperluas dukungan manajer dalam pemecahan masalah, karena DSS disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus manajer. JENIS-JENIS KEPUTUSAN MENURUT HERBERT A. SIMON : 1. Keputusan Terprogram, bersifat berulang dan rutin, sedemikian sehingga suatu prosedur pasti telah dibuat untuk menanganinya. 2. Keputusan Tak Terprogram, bersifat baru, tidak terstruktur dan jarang konsekuen. Tidak ada metode yang pasti untuk menangani masalah ini. TAHAP-TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENURUT SIMON : 1. Kegiatan Intelijen, mengamati lingkungan mencari kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki. 2. Kegiatan Merancang, menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin. 3. Kegiatan Memilih, memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia. 4. Kegiatan Menelaah, menilai pilihan-pilihan yang lalu. KONSEP DSS 1. Masalah Terstruktur, merupakan suatu masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahap pertama, yaitu intelijen, rancangan dan pilihan. 2. Masalah Tak Terstruktur, merupakan masalah yang sama sekali tidak memiliki struktur pada 3 tahap Simon diatas. 3. Masalah Semi-Terstruktur, merupakan masalah yang memiliki struktur hanya pada satu atau dua tahap Simon. TUJUAN DSS : 1. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur. 2. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya. 3. Meningkatkan effektifitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. D. Office Automation Otomatisasai perkantoran adalah semua system informasi formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informasi kepada dan dari orang yang berbeda di dalam maupun di luar perusahaan. Dengan kata lain otomatisasi perkantoran merupakan sebuah rencana untuk menggabungkan teknologi tinggi melalui perbaikan proses pelaksanaan pekerjaan. Beberapa system otomatisasi perkantoran secara formal dan didokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis. System formal ini diterapkan di seluruh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan organisasi, mirip dengan sistem informasi manajemen. Namun sebagian besar system otomatisasi perkantoran tidak direncanakan atau diuraikan secara tertulis. System-sistem informal ini diterapkan saat diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluaannya sendiri. Dan otomatisasi perkantoran dimaksudkan untuk memudahkan segala jenis komunikasi baik secara lisan maupun secra tertulis. Asal mula otomatisasi perkantoran di awal 1960-an, ketika IBM menciptakan istilah word-processing untuk menjelaskan kegiatan devisi mesin tik listriknya. Bukti nyata, pada tahun 1964-an, ketika IBM memasarkan mesin yang disebut Magnetic Tape/Selectric Typewriter (MT/ST) yaitu mesin ketik yang dapat mengetik kata-kata yang telah direkam dalam pita magnetik secara otomatis. Otomatisasi kantor digunakan oleh semua orang yang bekerja di dalam kantor. Pada dasarnya ada empat kategori pemakai otomatis kantor, yaitu : 1. Manajer adalah orang yang bertanggung jawab mengelola sumber daya perusahaan terutama sumber daya manusia. 2. Profesional yakni tidak mengelola orang tetapi menyumbang keahlian khususnya (mis. Pembeli, wiraniaga, dan asisten staff khusus). Manajer dan profesional secra bersama dikenal sebagai pekerja terdidik. 3. Sekretaris bisanya ditugaskan pada pekerja terdidik tertentu untuk melaksanakan berbagai tugas menangani korespondensi, menjawab telepon, dan mengatur jadwal pertemuan. 4. Clerical Employee (pegawai administratif) melaksanakan tugas untuk-tugas untuk sekretaris, seperti mengoperasikan mesin fotocopy, menyusun dokumen dan mengirimkan surat. Konsep-konsep Otomatisasi Kantor 1. Proses yang terjadi diperkantoran seperti halnya proses manufaktur selalu mengarah ke otomatisasi. 2. Otomatisasi kantor berevolusi dari aplikasi-aplikasi yang terpisah dan tanpa rencana menuju aplikasi yang terencana dan terpadu. 3. Otomatisasi kantor memudahkan penerimaan dan pengiriman informasi. 4. Otomatisasi kantor memberikan keuntungan lebih besar melalui pengambilan keputusan yang lebih baik. Manfaat Otomatisasi Kantor Otomatisasi perkantoran merupakan kaitan berbagai komponen dalam menangani informasi; mulai dari input hingga distribusi dengan memanfaatkan bantuan teknologi secara optimal dan campur tangan manusia secara minimal. Dengan demikian akan membuat informasi menjadi lebih mudah dan murah digunakan, dipindahkan, dan dirawat. Pada akhirnya dapat meletakkan landasan yang kuat untuk integrasi informasi sehinggga perusahaan mampu berkompetisi lebih baik. Tahapan Penerapan Otomatis Kantor 1. Tradisional Penggunaan teknologi utamanya ditujukan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Terfokus pada penggunaan Word Processing. 2. Transisional Ditandai dengan mulai digunakannya proses data secara elektronik serta dibangunnya aplikasi untuk keperluan pengarsipan, penyimpanan, dan komunikasi yang berbasis komputer. 3. Transformasional Merupakan fase integrasi informasi dan pematangan konsep Information Resource Management (IRM) yang merupakan konvergensi telekomunikasi dan informasi (ICT) E.Sistem Pakar sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, orang awam pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Ciri-Ciri Sistem Pakar Sistem pakar yang baik harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut : • Memiliki informasi yang handal. • Mudah dimodifikasi. • Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer. • Memiliki kemampuan untuk belajar beradaptasi. Keuntungan Sistem Pakar Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya sistem pakar, antara lain : 1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli. 2. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis. 3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar. 4. Meningkatkan output dan produktivitas. 5. Meningkatkan kualitas. 6. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang termasuk keahlian langka). 7. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya. 8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan. 9. Memiliki reabilitas. 10. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer. 11. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap dan mengandung ketidakpastian. 12. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan. 13. Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah. 14. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan Kelemahan Sistem Pakar Di samping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal. 2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya. 3. Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar. Modul Penyusun Sistem Pakar Menurut Staugaard (1987) suatu sistem pakar disusun oleh tiga modul utama yaitu : 1. Modul Penerimaan Pengetahuan (Knowledge Acquisition Mode) Sistem berada pada modul ini, pada saat ia menerima pengetahuan dari pakar. Proses mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan yang akan digunakan untuk pengembangan sistem, dilakukan dengan bantuan knowledge engineer. Peran knowledge engineer adalah sebagai penghubung antara suatu sistem pakar dengan pakarnya. 2. Modul Konsultasi (Consultation Mode) Pada saat sistem berada pada posisi memberikan jawaban atas permasalahan yang diajukan oleh user, sistem pakar berada dalam modul konsultasi. Pada modul ini, user berinteraksi dengan sistem dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sistem. 3. Modul Penjelasan (Explanation Mode) Modul ini menjelaskan proses pengambilan keputusan oleh system (bagaimana suatu keputusan dapat diperoleh). Struktur Sistem Pakar, komponen utama pada struktur sistem pakar menurut Hu et al (1987) meliputi: 1. Basis Pengetahuan (Knowledge Base) Basis pengetahuan merupakan inti dari suatu sistem pakar, yaitu berupa representasi pengetahuan dari pakar. Basis pengetahuan tersusun atas fakta dan kaidah. Fakta adalah informasi tentang objek, peristiwa, atau situasi. Kaidah adalah cara untuk membangkitkan suatu fakta baru dari fakta yang sudah diketahui. 2. Mesin Inferensi (Inference Engine) Mesin inferensi berperan sebagai otak dari sistem pakar. Mesin inferensi berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi, berdasarkan pada basis pengetahuan yang tersedia. Di dalam mesin inferensi terjadi proses untuk memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan fakta yang disimpan dalam basis pengetahuan dalam rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi penalaran dan strategi pengendalian. Strategi penalaran terdiri dari strategi penalaran pasti (Exact Reasoning) dan strategi penalaran tak pasti (Inexact Reasoning). Exact reasoning akan dilakukan jika semua data yang dibutuhkan untuk menarik suatu kesimpulan tersedia, sedangkan inexact reasoning dilakukan pada keadaan sebaliknya.Strategi pengendalian berfungsi sebagai panduan arah dalam melakukan prose penalaran. Terdapat tiga tehnik pengendalian yang sering digunakan, yaitu forward chaining, backward chaining, dan gabungan dari kedua teknik pengendalian tersebut. 3. Basis Data (Data Base) Basis data terdiri atas semua fakta yang diperlukan, dimana fakta fakta tersebut digunakan untuk memenuhi kondisi dari kaidah-kaidah dalam sistem. Basis data menyimpan semua fakta, baik fakta awal pada saat sistem mulai beroperasi, maupun fakta-fakta yang diperoleh pada saat proses penarikan kesimpulan sedang dilaksanakan. Basis data digunakan untuk menyimpan data hasil observasi dan data lain yang dibutuhkan selama pemrosesan. 4. Antarmuka Pemakai (User Interface) Fasilitas ini digunakan sebagai perantara komunikasi antara pemakai.dengan komputer. SUMBER : http://www.omegaakuntansi.com/none/sistem-informasi-akuntansi/ http://nicohernawan.wordpress.com/artikel-sim-sistem-informasi-manajemen/ http://www.academia.edu/912891/SISTEM_PENDUKUNG_KEPUTUSAN_DECISION_SUPPORT_SYSTEM_I

Monday, October 7, 2013

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Menurut Chr. Jimmy. L.Gaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Laudon (dalam Gaol, 2008) informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia. Menurut Aim Abdulkarim (2008) sistem adalah keseluruhan dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun hubungan struktural sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu kebergantungan. Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet/terganggu, unit lainnya pun akan terganggu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Menurut Sri Patma Sukartini & M. Imam Faisal Baihaqi (2007) psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. ·Menurut Heru Basuki (2008) psikologi adalah ilmu pengetahuan (ilmiah) yang mempelajari perilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, dan juga emosional. Menurut Kusrini & Andri kaniyo (2007) sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri atas rangkaian subsistem informasi terhadap pengolahan data untuk menghasilkan informasi berguna dalam pengambilan keputusan. Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang terdapat atau berisikan informasi-informasi yang berkaitan dengan psikologi yang dapat bermanfaat bagi penggunanya. Contohnya yaitu pada tes psikologi yang saat ini dapat menggunakan komputer dan tidah selalu manual. SUMBER: Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo. (Google Book) Abdulkarim, A. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Grafindo Media Pratama. (Google Book) Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma. Sukartini, S.P. & Baihaqi, M.I.F. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Teori Psikologi Pendidikan. Jakarta: IMTIMA. (Google Book) Kusrini & Kaniyo, A. (2007). Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Penerbit Andi. (Google Book)

Tuesday, May 7, 2013

Behaviour Therapy

Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan classical conditioning atau associative learning. Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck. Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku. Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku. Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku. Teori, Konsep Dasar dan Tujuan Terapi Perilaku Sebagai salah satu teknik psikoterapi, terapi perilaku realtif masih sangat muda,baru dipergunakan sejak 30 tahun yang lalu. Dalam kaitan dengan pengubahan perilaku (behavior modification), terdapat dua pendapat mengenai terapi perilaku. di dalamperkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilakuatau arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut corey (1991) terdiri dari tiga tahap : 1. Tahap pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang baru,dihasilkan dari individu secara pasif. Tokoh-tokoh pada kelompok ini ialah : Skinner (Science and Human Behavior); A. Lazarus (Behavior Therapy and Beyond) danEysenck (Behavior Therapy and The Neurosis). 2. Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif [operant], dimana perubahan-perubahandi lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan, sehinggakemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat.Tokoh utama pada tahap kedua ini adalah Skinner. 3. Tahap ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya terapiperilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan psikoanalisis,psikodinamik, mengesampingkan konsep berfikir, konsep sikap dan konsep nilai. Menurut Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku, yakni : a. Dihubungkan dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relative lebih memusatkanpada perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan factor penyebab yangmendasarinya. Khususnya psikoanalisi yang bertumpu pada keyakinan bahwa gejalayang muncul atau terlihat harus dihilangkan dengan menghilangkan sumberpenyebabnya, akarnya. b. Perilaku manusia dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama halnyadengan setiap perilaku lain. Pada terapi perilaku, memperhatikan secara khusus,bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku, antara lain dilihat dari sudut teori danproses belajar. c. Dasar-dasar psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat dipergunakansecara sangat efektif dalam mengubah perilaku malasuai. Namun tidak berarti bahwasemua perilaku malasuai bisa diubah dengan dasar pendekatan bhavioristik karenafactor biologic masih tetap dianggap. d. Terapi perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi. Meskipun tidak mengubah kepribadian secara keseluruhan, tetapi dengan menghilangkan respon-respon yang malasuai (sebagai sumberny)], diharapkan akan mempengaruhipeibadinya sebgai keseluruhan (sstotalitas). e. Terapi perilaku menolak teori klasik mengenai aspek dasar kepribadian (trait theory). Sebagaimana diketahui bahwa aspek dasar kepribadian adalah predisposisi untuk melakukan sesutau perilaku secara sama pada macam-macam situasi. Ada pengaruhdari situasi sebgai sumber perangsangan (stimulus) yang mempengaruhi jawabansecara berbeda pula. f. Terapis perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada padaklien.dalam terapi perilaku tidak lagi berlaku konsep metode tunggal dalammenghadapi persoalan yang dialami pasien.sebaliknya prosedur pelaksanaan terapiperlu disesuaikan dengan persoalan yang ada dan kondisi khusus pribadinya. g. Terapi perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.dari sudut pendekatanpsikodinamok yang menitik beratkan terjadinya pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat diyakininya akan mempunyai efek terapeutik. h. Terapis perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empirik,merupakandukungan yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.meskipun hasilobjektif melalui penelitian-penelitian,namun ada tingkatan-tingkatan misalnya:padakemantapan metodologi yang dipakai,sehingga kuantifikasi saja,tidak selalumenjamin akan adanya metodologi yang mantap yang menghasilkan sesuatu hasil penelitian. Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku manusia yang bisa diamati dan bisa diukur. Perubahan-perubahan itu dipilih oleh terapis bersama dengan kliennya. Karena pendekatan ini bertujuan melihat perubahan perilaku, beberapa problem lebih cocok dilakukan terapi perilaku daripada terapi lainnya. Terapis bersikap direktif, memberi petunjuk yang jelas tentang yang harus dilakukan agar bias menghasilkan perubahan. Langkah-langkah Terapi Perilaku 1. Asesmen Seseorang dengan problem tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai (lihat bagian Klien mana yang paling mendapatkan manfaat). Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan (Analisis Perilaku). Terapis menggunakan pendekatan direktif dan berorientasi masalah, mengajukan pertanyaan langsung kepada klien tentang masalahnya. Cara yang lebih ilmiah untuk mengkaji dan mengevaluasi lingkup problem adalah dengan menggunakan kuesioner. 2. Proses Terapi Begitu problem target telah dikaji penuh, terapeutik dimulai. Kemajuan dalam terapi dicapai dengan menjelaskan secara gamblang kepada klien tentang apa saja yang dilakukan dalam terapi, bagaimana prosesnya berjalan, apa yang diharapkan dari klien dan bagian yang diperankannya dalam kemajuannya sendiri. Kesulitan yang diantisipasinya akan dibahas secara terbuka dan dihasilkan solusinya. 3. Terapi Paparan Prinsip paparan selalu sama (seseorang yang takut anjing, justru akan dipapar anjing). Dengan paparan terus-menerus pada objek atau situasi yang ditakuti, awalnya kecemasan akan muncul, namun akhirnya memudar pada level yang bisa ditoleransi. Paparan dilakukan dengan cara yang terstruktur dan bisa dikelola, selalu dengan pemahaman dan persetujuan klien, namun juga dengan pemberian rasionalisasi yang jelas. a. Flooding, seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti untuk periode yang lama, tetap dalam situasi itu hingga ketakutannya mereda. b. Implosi (Implosion), seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti namun hanya dalam imajinasi 4. Pelatihan Keterampilan Pelatihan keterampilan dilakukan setahap demi setahap. Bidang-bidang umum yang ditangani terapis adalah pelatihan keterampilan asertif, pelatihan keterampilan social, dan pelatihan keterampilan seksual. Dalam pemodelan terapis mendemonstrasikan perilaku yang sesuai, komponen demi komponen, dan mendorong klien mengikuti contoh, memberi masukan dan pujian jika berkinerja bagus. 5. Pelatihan Pengendalian Diri Pelatihan pengendalian diri bertujuan membantu klien mengendalikan perilaku dan perasannya. Bentuk monitor diri (menyimpan catatan harian tentang perilaku bermasalah dan keadaan ketika itu terjadi) banyak digunakan dalam terapi perilaku, sehingga klien bisa mengidentifikasi petunjuk spesifik yang memicu perilaku bermasalahnya dan didorong untuk berlatih mengendalikan diri ketika perilaku itu muncul. Klien didorong untuk menghargai dirinya dengan berbagai cara jika ia bisa mengendalikan diri, maka disebut penguatan. 6. Format Sesi Khas Sesi asesmen utama berbeda dengan sesi yang sedang berjalan karena dirancang untuk menemukan banyak informasi tentang klien dan masalahnya. Sesi-sesi berikutnya pada tahap tertentu akan ditentukan oleh sifat dasar permasalahan tertentu klien, namun akan mengikuti rencana umum. Terapis menyambut klien dan menegosiasikan agenda untuk sesi-sesi terapi. SUMBER : Palmer, S. 2010. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saturday, April 27, 2013

Rational Emotive Therapy

Terapi Emotif Rasional yang dikembangkan oleh Albert Ellis merupakan bagian dari terapi CBT (cognitive behaviural therapy) lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan pada proses berpikir, menilai, memuuskan, menganalisa dan bertindak. Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan –kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event, Belief, dan Emotional consequence. Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Teapi Emotif Rasional (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi Emotif Rasional menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain. TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam TRE yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : ” meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik”. Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. SUMBER : http://www.psychologymania.com

Tuesday, April 23, 2013

Analisis Transasional

A. PENGANTAR KONSTRAN Pendekatan analisis transaksional dipelopori oleh Erick Berne dan dikembangkan semenjak tahun 1950. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak. Analisis transaksional berpendapat bahwa dalam kepribadian seseorang terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Pendekatan ini juga menekankan fungsi dan pendekatan ego. B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”. Sentuhan ini ada yang bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbentuk verbal dan fisik. Yang menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan melalaui transaksi. Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda. C. STRUKTUR KEPRIBADIAN Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsure-unsur kepribadian yang terstruktur dan itu meruakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari: 1. Ego state child Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah: a) Adapted child (kekanak-kanakan) Unsure ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam sentuhan. b) Natural child (anak yang alamiah) Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi. c) Little professor Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan kebenaran. 2. Ego state parent Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu: a) Critical parent Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan sifat judes, cerewet, dll. b) Nurturing parent Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya. 3. Ego state adult Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang tersebut. Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu adalah: 1. Ego state normal Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius. 2. Ego state kaku Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja. 3. Ego state cair Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain. D. MOTIVASI HIDUP Hansen (dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia menjadi tiga bagian menurut analisis transaksional yaitu: 1. Kebutuhan akan memperoleh rangsangan Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah(salaman, tepukan,belaian), rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian, sanjungan)maupun negative(ejekan, cemoohan, hinaan). Sentuhan akan memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu bersifat sistematis maka anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang biasa mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar kata-kata tersebut maka ia akan merasakan keanehan. 2. Kebutuhan untuk menstruktur waktu Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan; a) With drawl Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi. b) Ritual Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh sentuhan dengan sedikit modal energy atau juga melihat sedikit resiko. c) Pas time Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktu\membiarkan waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas. d) Activity Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh sentuhan. e) Games Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara melakukan permainan dengan orang lain. f) Intimacy Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim baik dengan individu lain ataupun dengan benda. 3. Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik (2009) membagi empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu; a) Saya OK kamu OK Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat evolusioner yaitu berubah secara lambat. b) Saya OK kamu tidak OK Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisinya beres dan posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk merubah pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat. c) Saya tidak OK kamu OK Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang merasa dirinya tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih posisi ini mempunyai sifat rendah diri. d) Saya tidak OK kamu tidak OK Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner. E. JENIS-JENIS TRANSAKSI Gerald Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Transaksi sejajar Individu yang berkomunikasi dengan menggunakan ego state tertentu sehingganya respon yang ditampilakan oleh orang lain sesuai dengan yang diharapkan 2. Transaksi silang Penampilan ego state seseorang sehingganya respon yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. 3. Transaksi terselubung Penampilan ego state seseorang yang dalam komunikasi yang memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya. F. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah: 1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada 2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula. 3. Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok 4. Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair. G. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah: 1. Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok 2. Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal 3. Ego state yang ditampilkannya terlalu cair 4. Ego statenya tercemar. H. TUJUAN DAN PROSES KONSELING Adapun tujuan dari konseling ini ialah: 1. Mendekontaminasikan ego state yang terganggu 2. Membantu mengunakan ketiga ego state yang terganggu 3. Membantu menggunakan ego state adult secara optimal 4. Mendorong berkembangnya life position SOKO dan lifi script baru dan produktif. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan konseling dengan menggunakan analisis transaksional. 1. Analisis struktur Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya. 2. Analisis transaksional Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum. 3. Analisis permainan Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah kline mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah. 4. Analisis naskah hidup Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat. I. TEKNIK-TEKNIK KONSELING Teknik konseling yang digunakan adalah: 1. Permission Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya 2. Protection Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya. 3. Potency Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya. 4. Operation a). Interrogation Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang respon adult dalam dirinya. b). Specification Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya. c). Confrontation Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien d). Explanation Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien) e). Illustration Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya digunakan secara tepat. f). Confirmation Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi. g). Interpretation Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya h). Crystallization Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya. J. KEKUATAN DAN KELEMAHAN KONSTRAN Beberapa kekuatan konseling analisis transaksional menurut Muhammad Surya (2003:46) yaitu : 1. Terminology yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks 2. Klien diharapkan dan didorong untuk moncoba dalam hubungan di luar ruang konseling untuk mengubah tingkah laku yang salah 3. Perilaku klien disini dan sekarang, merupakan cara untuk membawa perbaikan klien. 4. Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial. Sumber: Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan BK FIP UNP Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy

Tuesday, April 16, 2013

Logoterapi

Logoterapi berasal dari kata logos yang telah diadopsi dari bahasa Yunani dan berarti “makna” (meaning) dan juga “ruhani” (spirituality). Logoterapi ditopang oleh filsafat hidup dan insight mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi spiritual, selain dimensi somatis, dimensi psikologis dan dimensi sosial pada eksistensi manusia, serta menekankan pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi manusia. Dalam logoterapi dimasukkan pula kemampuan khas manusia, yaitu self-detachment dan self-trancendence yang keduanya menggambarkan adanya kebebasan dan rasa tanggung jawab. Karakteristik eksistensi manusia menurut logoterapi adalah: keruhanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility). Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan, kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual diserahkan pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara untuk urusan fisik dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan(Jalaluddin Rahmat, 2004). Frankl menyebut dimensi spiritual sebagai “noos” yang mengandung semua sifat khas manusia, seperti keinginan kita untuk memberi makna, orientasi-orientasi tujuan kita, kreativitas kita, imajinasi kita, intuisi kita, keimanan kita, visi kita akan menjadi apa, kemampuan kita untuk mencintai di luar kecintaan yang fisik psikologis, kemampuan mendengarkan hati nurani kita di luar kendali superego, secara humor kita. Di dalamnya juga terkandung pembebasa diri kita atau kemampuan untuk melangkah ke luar dan memandang diri kita, dan transendensi diri atau kemampuan untuk menggapai orang yang kita cintai atau mengejar tujuan yang kita yakini. Dalam dunia spiritual, kita tidak dipandu, kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Semuanya itu terdapat di alam tak sadar kita. Tugas seorang logoterapis adalah menyadarkan kita akan perbendaharaan kesehatan spiritual ini. Ada beberapa problem eksistensial yang galibnya berusaha diatasi oleh filsafat Logoterapi, yaitu Existential Frustation (frustasi eksistensial), Existential Vacuum (kehampaan eksistensial), dan Noogenic Neurosis (neurosis noogenik). Ketiganya merupakan istilah-istilah kunci dalam logoterapi, satu sama lainnya saling berhubungan, serta merupakan konsep-konsep dasar dalam memahami gangguan kejiwaan dalam kehidupan manusia kontemporer. Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab. Tujuan hidup buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami. Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan menggunakan teknik “paradoxical intention”, yaitu mengusahakan agar orang mengubah sikap dari yang semula memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) terhadap keluhan sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual) yang semula biasanya ditekan (repressed), terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap kemalangan dan derita. Dalam prakteknya, logoterapis membantu klien agar lebih sehat secara emosional, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah memperkenalkan filsafat hidup yang lebih sehat, yaitu mengajak untuk menemukan makna hidupnya sumber : Analisis tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia”/*, Risalah Gusti, Surabaya, 1995. http://www.e-jurnal.com/logoterapi-sebuah-pendekatan-eksistensialis/

Tuesday, April 2, 2013

Person Centered Teraphy

Client Centered Therapy ditokohi oleh Carl Rogers yang pendapatnya sama dengan makna konseling secara umum, bahwa pemecahan masalah berpusat pada klien, berarti individu sendiri yang harus menyelesaikan masalahnya. Selama proses konseling semua pengalaman nyata dalam bergaul dengan oranglain dan dalam dirinya dibiarkan muncul dan disadari sepenuhnya, sehingga dapat diberi tempat dalam keseluruhan konsep diri. Pada dasarnya konseli berakhlak baik dan cenderung bertindak konstruktif. Semua itu lama kelamaan akan muncul dengan sendirinya dan membawa konseli dalam pemecahan masalah yang menguntungkan dirinya dan orang lain. Therapist centered terjadi saat terapis hanya menggunakan satu teknik terapi, misalnya hanya sugesti, untuk menangani beragam kasus, padahal tidak semua kasus bisa diselesaikan dengan sugesti. Atau terapis yang mengatakan bahwa klien tidak bisa dihipnosis karena klien terlalu analitikal. Yang sesungguhnya terjadi adalah bukan kliennya yang terlalu analitikal namun terapisnya yang kurang cakap melakukan induksi. Tidak ada klien yang tidak bisa dihipnosis. Semua orang bisa dihipnosis. Seanalitikal apapun klien, asalkan klien mengijinkan, tidak ada kendala bahasa dan komunikasi, dan terapis sungguh-sungguh mengerti dinamika cara kerja pikiran dan menguasai teknik induksi dengan benar, maka klien pasti bisa masuk kondisi deep trance dengan mudah, cepat, dan pasti. Kekurangan 1. Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional,, perasaan sebagai penentu prilaku, tetapi melupakan factor intelektif, kognitif, dan rasional. 2. Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori. 3. Tujuan di tetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadanng-kadang di buat tergantung lokasi konselor. Kelebihan 1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling. 2. Identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana. 3. Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik. 4. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling SUMBER : http://portalnlp.com/memahami-dan-memaknai-client-centered/